Semangat Sang Self Employee

Ketika kita meminta sesuatu maka kita dengan sepenuh hati mencoba untuk berusaha untuk mendapatkan hal itu. Apa yang terjadi adalah kita menjadi lesu ketika kita mendapatkan apa yang kita doakan. Kita seolah lupa bahwa kita sangat menginginkan hal itu.
Kita merasa bahwa apa yang diberikan sudah terlambat. Sehingga semangat kita akan menjadi lesu dengan hal itu. Ini justru yang akan menghancurkan kita untuk berusaha untuk berbuat baik.
Ada hal yang membuat kita menjadi pesimis untuk menjalankan kehidupan ini. Seolah kita tidak akan menyelesaikan apa yang kita sudah rencanakan. Apabila kita sudah demikian maka kita akan sulit lagi bersemangat. Ada orang yang mulai dari yang kecil walau mulai dari yang besar tidak pernah salah. Ia dengan tekun berani menelusuri dan meyakinkan bahwa ia akan menyelesaikan pekerjaan ini. Hingga akhirnya ia akan mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Seorang yang pesimis akan merasa ia tidak akan menyelesaikan sehingga ia tidak pernah memulainya sama sekali sehingga ia menjadi termenung saja dan tidak bekerja sama sekali. ini menjadi penyakit bagi mereka yang bekerja self employeed. Mereka akhirnya hanya terdiam sendiri Masih mending mereka mengisi kegiatan dengan beberapa hal sehingga waktu yang terlewatkan tidak begitu saja.
Tetapi soal fokus memang tidak baik karena tidak ada yang terselesaikan. Kalau pekerjaan sudah baik maka seluruh pekerjaan akan terselesaikan dengan baik juga. Sebaliknya juga demikian.
Terkadang kita memang sudah pasrah saja karena kita sudah merasa yang penting kerja saja.
Niat untuk membagikan beberapa pekerjaan yang sulit sekali itu memang sudah ada. Tetapi saya menilai semuanya sudah kebanyakan karena penuh dengan beberapa hal. Saya sudah menyerah sedemikian dan menganggap saya tidak akan menyelesaikan pekerjaan. Ingin mengagrapa sesuatu namun khawatir tidak selesai juga. Inilah yang membuat saya maju dan mundur dengan hal ini. Saya yakinkan harus ada tekad yang kuat agar bisa untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah saya cita-citakan. Nantinya saya khawatir kalau terus menerus demikian maka akan menjadi preseden yang buruk yang tidak akan menyelesaikan pekerjaan.
Mungkinkah saya terlalu menggenggam banyak hal sehingga saya tidak bisa untuk mengerjakan sesuatu hal. Mau menulis diktat dan juga menulis modul dan yang tidak kalah penting lain adalah menulis penelitian. Ini yang sampai sekarang belum dimulai. Kata seorang doktor kalau kita tidak mulai maka itu tidak akan bisa menyelesaikan hal ini. Untuk itu mulailah namun mulainya dari kapan. Saya sendiri pun tidak akan tahu dengan hal itu.

Kedatangan mahasiswa survey

Mungkin inilah survey yang benar karena kedua mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi menggunakan jaket almamater untuk mencari data sanitasi di perumahan kami.
Memang kedua mahasiswa tersebut tidak menggunakan kuesioner yang seharusnya dibawa. Saya kenalkan saya sendiri seorang dosen yang mengajar metode penelitian
Aku mengkritik dari mereka yang tidak menyediakan kuesioner.
Kuesioner sangat penting untuk memandu pertanyaan agar pertanyaan standar. Kalau kita ingin untuk menanyakan sesuatu namun kita tidak menyiapkan dari kuesioner maka sama saja dengan kita tidak mempunyai persiapan
Dengan adanya kuesioner kita tidak akan terpengaruh dengan segala sesuatu di luar tugas kita. Kalau kita banyak bertanya boleh saja namun kita utamakan tugas kita terlebih dahulu. Dengan kuesioner itu adalah sebuah panduan untuk ketika kita stuck dalam keadaan tertentu.
Terkadang kalau kita menghadapi orang pendiam juga kita menjadi stuck sehingga kita tidak bisa berbuat apa-apa dan kita menjadi diam dan tidak berhasil untuk mengumpulkan apapun. Ini tentu sesuai di luar yang kita inginkan.
Tetapi apapun begitu saya sangat senang telah membantu mahasiswa. Padahal mereka awalnya malu-malu saja ketika mereka mencoba untuk mencoba menanyakan.
Aku pikir aku juga harus mempunyai sebuah kuesioner hidup ini? Buat apa aku harus hidup dan aku harus menjawab pertanyaan sendiri. Mengenai ilmu yang saya miliki, apa saja yang bisa saya sumbangkan untuk ilmu tersebut. Aku kira aku harus menjawab itu sendiri. Banyak pekerjaan yang saya lakukan seperti halnya untuk membuat modul-modul perkualiaahn yang saya kira adalah lebih bermanfaat bagi orang daripada novel atau cerita pendek. Dari sini banyak yang akan mendapatkan ilmunya dan mengambil manfaat dari sini.
Memang asyik mengerjakan novel dari mengerjakan modul karena kita mengkhayal mencari tempat atau menjadi tokoh tetapi modul tidak. Modul hanya mempengaruhi sedikit orang namun ilmu kita akan berkembang. Aku juga sangat terpengaruh dengan seorang ulama yang menyedekahkan ilmunya. Ya pada saat materialisme sekarang ini yang menilai ilmu. Kini saatnya kita untuk menyedekahkan ilmu. Saya menjadi menyesal sekarang karena tidak menyedekahkan ilmu saya

Mau Usaha

Sulitnya mencaripekerjaan saaat ini sudah tidak dibantah lagi.Meski ada orang yang mudah saja mendapatkan pekerjaan namun tetapsaja aslinya pekerjaan sulit sekali. Kecuali orang asing yang katanya langsung mendapatkan pekerjaan yang penghasilannya sangat besar sekali.
KIta tidak boleh berpangku tangan atau mengangkat tangan karena hal ini. Karena hal itu ama saja dengan menyerah dengan keadaan. Aku kira kita harus untuk melepaskan diri dari ancaman yang ini.
Dari dulu seluruh perguruan tinggi sudah menawarkan sebuah jalan alternatif untuk mencari pekerjaan yakni dengan mendirikan pekerjaan itu sendiri. Dengan mendirikan pekerjaan atau berbisnis maka kita akan mencari uang dan jumlahnya uang jauh lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan . Kalau kita mendapatkan penghasilan dair kantor yang paling banter hanya UMR dan yang susahnya kita sangat sulit untuk mendapatkan UMR tersebut karena banyak yang bersaing untuk itu.
Kalau kita mau usaha maka ada kemungkinan namun ita harus mempunyai tekad yang kuat dan bahkan lebih kuat dari kita bekerja di suatu kantor karena kita bekerja juga harus bertekad dengan kuat karena kalau tidak si boss tidak akan membayar.

Ternak Madu Menyukai Lokasi Ternak Madu

Ada salah satu cita-cita saya yang belum saya jalanin adalah ternak madu. Bisnis ini sebabnya tidak membutuhkan modal yang besar selama kita mau. Hanya saja tidak mungkin kita beternak madu di kota Jakarta meski itu di pinggiran kota Jakarta karena makanan dari lebih berupa bunga sudah jarang. Kalau untuk satu sarang atau koloni mungkin saja bisa namun kalau sudah untuk usaha maka kita harus mempunyai makanan yang banyak untuk lebah.
Tempat yang baik dengan lebah tentu ada yang penuh dengan bunga. Sayangnya saya belum melihat mana literatur yang paling sesuai mengenai banyaknya bunga yang harus di tanam. Kalau untuk ternak sapi dulu kami belajar mengenai ukuran lahan yang diperlukan. Kalau ada kesesuaian lahan yang pas untuk ternak lebah.
Salah satunya yarat paling jauh lebah harus mempunyai sumber makan dengan jarak 750 meter sayangnya saya tidak tahu apa ukuran yang pas untuk tanaman bunga. Saya pikir kalau sedikit bunga juga lebahnya bisa kurus karena gak ada makanan . Untuk jarak mata air katanya 200-300 meter. Nah lebah ternyata butuh juga dengan air.
Terkadang kalau petani lebah juga menggembalakan lebah dengan mengangkat kotak ke satu tempat. Ini maksudnya juga untuk mendiversifikasi bunga yang membuat khasiat madu bertambah baik.
Rupanya tidak mudah juga usaha madu namun kita harus mau bekerja keras jika kita memang bercita-cita untuk beternak madu.

Menetapkan target dalam menulis

Saya kira sudah pernah saya menulis di jurnal ini kalau kita perlu untuk menetapkan target agar kita bisa untuk menyelesaikan pekerjaan kita. Jangan kita menulis terus yang saya rasa akan membuat kita menjadi lelah untuk menulis tanpa arah yang jelas. Bisa jadi kita sudaha\ menulis ratusan ribu halaman namun kita belum menghasilkan karya yang nyata. Untuk itu kita harusnya membuat target dalam menulis.
Pernah saya mempunyai target menulis lima ribu kata dalam sehari. Ini sebenarnya tidak terlalu sulit namun tetap saja kita stagnan karena merasa tidak ada ide.
KIta seperti menembus tembok yang terbuat dari baja. Memang target mmebuat kita binggung karena kita harus mencapainya. Terkadang hal itu membuat kita mmebuat patah arang dan kita tidak mau untuk bekerja lagi. Terkadang target seolah berada besar di mata kita sehingga kita sudah malas untuk menggapainya juga. Kalau kita mau tenang mungkin kita bisa mengalahkan target kita.
Target-target ini justru menjadi hantu yang tidak membuat kita menjadi cekatan dalam menulis. Kita sudah menyerah saja.
Mungkin saja kita memerlukan ketenangan dalam hal ini untuk membuat sesuatu yang membuat kita menjadi tenang dalam mengerjakan. Kadang kita harus tetapkan dalam hati bahwa kita pasti bisa menyelesaikan hal ini. Ini bisa kita lakukan dengan demikian kita akan tetap tenang dalam mengerjakan tugas-tugas untuk menyelesaikan tulisan kita.
Tulisan itu seperti amal sholeh yang bisa kita bagikan pada orang lain. Kita akan bisa untuk menyebarkan ilmu pada orang lain dan pahalanya yang besar. Pahala dari ilmu-ilmu kita akan mengalir terus. Tentu saja ini atas kehendak dan izin Allah. Bukankah ketika saat kita memutuskan untuk membuat buku itu sendiri berarti kita sendiri telah memutuskan untuk menulis buku.
Saya rasa ini akan bermanfaat besar bagi kita dan balasannya jauh lebih besar dari harta dunia yang hanya sementara. Amal kita akan selalu datang ketika kita mati nantinya. Jika kita mau bekerja dengan ini maka kita akan mau membuat buku yang banyak.

Pekerjaan percuma

Terkadang kita sering benggong karena tidak ada suatu perencanaan paginya. Karenanya orang yang benggong tidak mempunyai tujuan hidup katanya. Untuk itu setiap hari orang harus membuat to do the list yakni yang berisi daftar untuk apa yang dikerjakan hari itu.
Sayapun pernah berbuat menulis to the list hanya saja dalam hati saja tidak saya tulis dalam kertas agenda. Aku pikir ini zaman millenial yang harus paperless atau menggunakan tanpa kertas. Terkadang saya mencatat di keep. Tetapi yang membuat malas adalah kita yang sudah menulis malah kita tidak melaksanakan. Memang terkadang kita bukannya sombong malah kerja melebihi target. Ini membuat kita malah merasa tidak perlu.
Memang to the list sangat penting. Ia bisa memaksa kita mengingat apa saja yang mesti kita kerjakan hari ini akan tetapi terkadang kita juga disibukkan dengan yang tidak berguna. Hal ini merupakan hukuman dari Allah. Terkadang kita banyak menghabiskan waktu di depan komputer. Bukan pekerjaan yang kita lakukan tetapi kita malah menguak social media . Kita mau kepooin orang lain. Kalau belajar dari social media itu is ok. Kita bisa mendapatkan banyak ilmu. Tetapi kebanyakan kita melihat foto pribadi yang sedang berlibur ke luar negeri. Kita ingin ke sana sekali namun tahu bahwa uang kita tidak ada.
Intinya kita memang jauh dari Allah bukan karena apa-apa. Ini membuat kita semakin berbuat sia-sia.
Bagaimana dengan to do the list. Ya, tetap saja to the list kita lakukan namun kita juga mendekatkan diri pada Allah . Toh, pada akhirnya kita memang harus dekat pada Allah karena ini tujuan hidup dari kita. Semua hal yang telah kita lakukan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan ke depan . Setiap waktu kita yang berlalu akan menjadi pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Penyakit Ntar Lagi

Sudah kita menjadikan diri kita untuk tidak malasa namun tetap saja rasa malas itu ada. Terkadang dalih malas itu ntar saja. MAksudnya bukan ntar saja karena merasa malas namun natr saja karena sedang menghadapi persoalan atau sedang menghadapi suatu persiapan event tertentu. Misal kita ingin jalan-jalan maka kita kadangmalah melalaikan pekerjaan kita untuk menulis Padahal ini tidak karena kita toh setelah jalan-jalan harus menulis juga.
Dorrongan kalau nanti kita pulang baru bisa menulis malah membuat kita menjadi tidak menulis. Ini seharusnya tidak demikian karena kta menulis adalah pekerjaan kita sehari-hari untuk yang berniat mau menjadi penulis.
Terkadang ini adalah jebakan setan agar kita masla dalam berkaraya. Padahal kita toh juga akan menulis nanti setelah pulang jalan-jalan. Inilah yang harus kita perangi. Memangnya kita akan berhenti menulis setelah kita sampai ke suatu tempat. Tidak khan. Kita akan menulis.
Ketika kita selesai setengah maka kita akan mencari lagi untuk menyelesaikannya nanti ketika kita sudah selesai jalan-jalan. Benggong sungguh tidak berguna. Kalau kita bekerja pasti ada yang kita dapatkan dan kadang kalau namanya tulisan justru itu menambah pengalaman kita dalam merangkai kata-kata speerti halnya kita menulis jurnal ini. Jangan pernah kita merasa bahwa pekerjaan kita menjadi tidak berguna karena kita tidak menyelesaikan malah menulis potongan-potongan jurnal. Itu lebih baik daripada kita benggong. Kita melatih diri kita untuk merangkai kata hingga kita bisa untuk menjadi seorang penulis yang profesional.
Yakinlah semakin banyak jam terbang kita mneulis namun kita yakinkan agar kita menyeelsaikan tulisan kita jangan membiarkan tanpa penyelesaian karena itu sama saja kita mempremainkan diri sendiri. Penyelesaian tugas kita setelah kita nantinya kita memasukkan tulisan kita ke penerbit. Kita cari cara bagaimana buku kita bisa diterbitkan oleh penerbit buku.
Tetapi hendakanya kita juga tidak asal mengirimkan ke penerbit. Kita usahakan buku kita juga terbit dan tidak juga hanya terbit namun hingga menjadi buku yang diminati oleh masyarakat.

Ingin Membuat Monograf

Paling gampang mungkknmmebuat monograf dengan tebal hanya sekitar 40 halaman saja kita sudah membuat satu monograf dan kita mendapatkan kredit dari pembuatan tersebut. Monograf konon katanya dari penelitian. Ini bisa kita lakukan setelah kita bisa membuat penelitian.
Ini juga cara kita untuk share ilmu kita. Di tengah ilmu yang mahal sekali maka ini salah satu cara kita untuk menyedekahkan ilmu kita. Bersedekah itu memang sangat dianjurkan oleh nabi kita. Memang terkadang sulit bagi kita yang memang terbatasn uangnya.
Terkadang kjita juga menjadi peleit dengan ilmu yang kita miliki. Padahal kita juga kadang mendapatkan ilmu yang gratis walau seringkali kita membayar untuk ilmu. Sekarang sekolah mahal sekali mau pelatihan tertentu saja misalny apelatihan analisis laporan keuangan maka kita akan membayar setidaknya lima juta tentu dengan instruktur yang bagus juga. BIsa jadi kita mendapatkan instruktur yang murah dengan bayaran yang murah saja.
Ilmu sekarang menjadi komersial. Kita yang mmepunyai ilmu juga mempunyai tanggung jawab. Jangan smeata kita membagikan ilmu dengan bayaran saja. Terkadang kita boleh membagikan ilmu dengan gratsi pada orang. Ini tentu saja menjadi amalan kita. Dengan menulis monograf maka itu akan menjadi karya-karya kita menjadi abadi dan menjadi manfaat bagi orang banyak .
HAnya saja saya menyesal kenapa dari dulu tidak untuk buat ini. Banyak sekali waktu yang terbuang percuma karena kita tidak mempunyai arahan yang jelas. BUkan maksud saya untuk menyalahkan siapa saja tetapi saya mempunyai niatan untuk mmeperbaiki diri.
Di usia yang masih muda ini kata orang mudah-mudahan saya bisa untuk menggapai cita-cita saya untuk meraih amalan yang banyak sekali. Sudha banyak waktu terbuang yang sayang sekali karena saya lalai.
Kini juga kadang media sosial juga menyita kita. Kalau ini tidak terkontrol juga akan membuat pekerjaan kita menjadi terbengkalai. Media sosial memang sangat perlu namun jangan jadikan itu pekerjaan kita. Terkadang dengan mudahnya media sosial mudah menghisap waktu kita dan juga kadang kegundahan kita juga dapat mengakibatkan kita menjadi sering terdiam dengan pekerjaan kita.
Selama inimemang kegundahan kitalah yang mmebuat kita menjadi

Memamerkan buku Sejaraha

Membaca buku sejarah dan membagikan tulisan
Bukan maksud saya untuk memmeaerkan buku-buku sejarah dari terjemahan karya ustadz (pofessor) sejarah Muhammad Ali Shalabi. Mudah-mudahan ini bukan maksud untuk membesarkan kepala seolah sayalah orang yang paling zuhud apalagi merasa dirinyalah yang paling benar. SUdah seperti iblis saja yang merasa dirinya benar karena ia diciptakan terlebih dahulu daripada adam.
Maksud saya untuk membuat kita sama-sama untuk membaca lebih banyak lagi. JAngan kita selalu mengandalkan media sosial yang tulisannnya sepotong-potong saja maka kebenarannnya hanya sepotong-potog saja.
Semua o orang wajib untuk mengetahui beberapa hal jangan katanyakatanya.
Belajar ilmu agama juga merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Seorang teman menyarankan untuk membaca dan menulis mungkin ringkasan dari buku agar berbagi ilmu. IA beanr tetapi mungkin rasa malas masih menyelimuti untuk melakukan hal itu. Padahal dengan cara ini kita makin menguasai ilmu yang kita pelajari.
HAnay tersisisa ketakutan saja yang menyelimuti khawatir karena kita malah salah dalam menulis. Ini yang membuat orang lain jadi salah dalam ilmu. Yangterpenting kita harus mempunyai smeangat selain semangat berbagi ilmu dan profesionalitas kita juga. Tetapi kita juga harus berbagi dengan kesibukan. BAnyak sekali kesibukan yang menyita kita seperti kita menonton Televisi. Menonton ini minimla sejam saja sebanrnya sudah membuat tiga halama artikel. KIta sering tidak adil dengan hal itu dan sering menyalahkan pengajian kita saja.
Inilah kebanyakan dari kita tidak adil pada diri kita melainkan kita malah menyerang yang berguna bagi kita. Pengajian jelas lebih penting daripada untuk keduniaan.
buku daulah