Hari pertama lewat komplek

Hari ini saya lewat komplek dekat rumah saya yang menjadi akses jalan ke statiun kereta. Saya kalau sendiri jalan kaki lain halnya kalau saya berdua maka saya harus naik angkot.

Saya melihat banyak sekali lumut. Awalnya saya pikir ini musim hujan wajar lumut yang hijau memenuhi paving block. Tetapi saya tahu kalau lumut akan mati juga kalau terinjak dengan orang. Saya mengambil hipotesis kalau jalan ini tidak banyak dilewati orang lagi semenjak adanya pandemi.

Seumur hidup saya lewat bahkan musim hujan sekalipun tidak membuat lumut yang begitu tebal sekali. Nah ini dengan banyaknya limit berarti tidak banyak yang lewat.

Memang akses jalan ke komplek dibatasi yakni pintu tengah saja yang terbuka sedangkan pintu samping tertutup atau ditutup. Kalau lewat pintu tengah ada jalan yang harus ditambah lagi maksudnya ada tambahan jarak bagi yang mau berjalan.

Tapi kalau menurut ku tidak masalah hanya beda satu atau dua menit saja tidak akan membuat kita terlambat. Begitulah kalau kita tidal merawat sesuatu maka alan berlumut atau berkarat apalagi elektronik . Kalau tidak dinyalakan maka akan rusak. Pada saat penggunaan justru alat tersebut menjadi awet tetapi kalau tidak digunakan maka akan malah menjadi rusak.

Apalagi qolbu ini. Mudah-mudahan saya termasuk orang yang bisa merawat Qalbu ini.

12 Rajab 1442 H

Waktu malam lupa menulis Jurnal

Seorang guru saya sang penulis buku yang hanya 19 tapi sudah Alhamdulillah bisa mencukupi kehidupan keluarganya. Lain halnya dengan orang yang baru nulis dua buku royalti hanya sedikit saja.
Aaa
Ia menerangkan kalau menulis cukup sejam saja sehari. Mungkin bagi orang sejam itu tidak cukup. Mana bisa tetapi kalau saya praktekkan sebenarnya sejam itu sangat panjang sepanjang ada keseriusan kita dalam menulis.
Kalau seorang teman menyarankan untuk menulis lima lembar sehari. Sejam itu bisa bahkan lebih kalau dalam kepala sudah ada materi yang disampaikan. Yah tentu saja materi itu hanya ada kalau materi tersebut di cari. Cara pencarian materi dengan membaca.
Kalau tidak ada maka janhan harap kalau kita akan mendapatkan tulisan bahkan sehari saja kita menulis maka tidak ada yang akan kita keluarkan karena kita tidak mempunyai materi.
Lain halnya dengan blog pribadi yang hanya untuk menulis sesuatu yang ada di hadapan. Tentu saja orang yang menulis blog pribadi sudah ada naterinya. ia dapatkan materi tersebut dari pengalamannya dalam menulis.

Kita memang mau mencari uang tapi jangan uang mengorbankan idelialisme kita untuk menulis. Kita membuat terjemahan buku kalau mengatasnamakan nama kita tentu hal seperti ini tidak benar karena kita hanya menerjemahkan tetapi kita mengakui karya orang lain.

Begitu banyak lapangan penulisan kalau mau menulis bekerja keras untuk mendapat tulisan yang bagus . Even sampai sekarang saya belum bisa bekerja sejam untuk menulis. Memang paling sedikit saya bisa menulis di blog yang ini.

Tetapi dengan kebiasaan dan mengulang kita akan terbiasa menulis. Dulu waktu awal saja saya belajar betapa sulitnya sekali membuat satu paragraf. Saya menulis mengikuti kadang stuck karena tidak bisa membuat kata.
Jakarta, 8 Rajab 1442 H

Mengedit juga menyenangkan

Saya sebenarnya di awal tidak suka dengan mengedit karena Khan Aisha capek menulis kok capek lagi mengedit. Saya ibarat membuat gorengan lalu di taruh di meja. Tentu tulisan bukan gorengan. Kalau gorengan sudah dimakan enak atau tidak enak akan hilang. Bisa jadi dimakan dan bisa jadi tidak dimakan yang dalam waktu tiga hari (bergantung tenpat tinggal) akan basi.

Tulisan adalah sesuatu yang awet. Tulisan kita akan terpampang di blog dan sisa filenya masih ada di hard disk atau masuk ke Drive atau juga drop box.

Tulisan bisa dibaca sekali, dua kali, atau ribuan kali. Bergantung dengan siapa pembacanya. Nah inilah kenapa kita butuh edit tidak seperti gorengan karena tulisan bisa dibaca berulang-ulang. Kalau salah akan membuat kita menjadi malu.

Malu kenapa? Masa sih Sarjana menulis nya acak-acakan? Pasti kita juga malu akhirnya. Kalau tidak malu pasti tidak peduli dengan gelar yang melekat pada dirinya. Sebab Sarjana kalau dalam bahasa Sansekerta adalah orang yang terpelajar. Malu dong orang terpelajar malah tidak mempunyai tulisan? Pasti binggung lewat jalur apa kuliahnya.

Mungkin keangkuhan yang membuat saya tidak mau mengedit tulisan karena merasa sudah benar. Memang tulisannitu dibuat mengulang-ulang sehingga merasa diri kita sudah benar.

Memang cara kita supaya kelihatan gak benar adalah dengan mengendapkan dulu tulisan kita. Kalau kita edit terus sehabia menulis cenderung kiat membenarkan semuanya tetapi ini bisa kalau kitabmaish belum deadline. Kalau sudah deadline bisa jadi kita malah kerepotan.

Mengendapkan Maksudnya santai dulu bukan tidak bekerja. Kita bisa bekerja yang lain. Kalau kita santai maka jadinya santuy terus.

Ada cara lain yang cukup efektif yakni meminta tim untuk edit. Ini justru lebih tajam karena orang yang tidak menulis merasa ada yang salah hingga ia teliti sampai huruf yang kurang atau huruf yang lebih. Cara ini kalau kita bekerja dengan tim namun kalau kita bekerja sendiri tentu bisa mencarikan bantuan dari orang lain agar kita menemukan kata yang salah.

Semakin kita mengulang maka akan semakin melekat ilmu pada kita. Ada kebiasaan seorang guru yang membaca kembali tulisan. Maksud membaca
juga mengedit juga jika ada kesalahan yang terkandung dalam tulisan kita.

Jakarta 6 Rajab 1442 H

Jalanan Sepi

Hari ini jalanan saya bilang sepi. Kalau ke Pasar tanah Abang tidak banyak dagangan. Saya tidak menghitung berapa banyak toko yang sepi karena kalau saya membeli baju untuk keponakan perempuan sudah tiga bulan tidak ada yang baru. Tentu saja ini menjadi masalah bagi saya dan keponakan saya.

Tetapi masalah saya bukan masalah yang berat. Banyak sekali orang yang kekurangan karena pandemi ini. Perdagangan menjadi terhenti karena banyak yang tidak punya uang. Sekarang setahun sudah berlalu dan tentu saja sangat berat dan trend ke depan ke depan akan sangat berat. Tentu bukan maksud menyerah.

Jalanan memang sepi di Jakarta. Adapun motor yang penuh tidak sepenuh sebelum pandemi. Pada zaman ini banyak sekali orang yang menahan dari untuk keluar karena memang peraturan. Orang yang tidak suka pergi saja merasa sulit.

Ya Allah semoga kau cabut pandemi ini. Allah akan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini adalah seleksi menuju kebaikan. Allah menganugerahkan negeri ini menjadi negeri yang aman, makmur dan sejahtera.

Jakarta, 5 Rajab 1442 H

Menunda Menulis dengan halus

Apakah yang didepan komputer itu orang yang rajin? Belum tentu. Sebab bisa jadi ia ada di depan komputer hanya untuk menghabiskan waktu saja. Bukan pekerjaan yang ia lakukan hanya bermain sosial media saja. Tentu seperti itu tidak kita inginkan.

Pemilik perusahaan mengeluhkan para pekerjanya yang lebih menyukai untuk bersosial media ria daripada bekerja. Padahal mereka seharusnya bekerja. Inilah orang yang terlihat sibuk namun tidak sukses. Mungkin kalau uang ada tapi sukses hakiki tidak dimiliki.

Ada sebuah "penipuan" yang dilakukan oleh diri sendiri. Korbannya adalah diri sendiri yakni dengan mengerjakan nanti saja. Kalau tidak mengerjakan artinya nanti saja untuk besok kita malas kemudian nonton TV itu sih kelihatan.

Tentu ini bukan pembenaran atas yang namanya malas. Karena namanya malas itu adalah salah. Apapun alasannya malas adalah salah.

Tetapi ini harus kita perhatikan kalau kita malas karena ada perasaan nanti bisa . Jangan liat yang kita tunda hanya tinggal memoles tulisan atau tinggal mengedit. Justru di mengedit kita akan susah dengan hal yang itu apalagi kita hanya penulis amatir.

Terkadang kalau malas yang halus seperti ah mengerjakan yang lain dulu. Ini memang masalah prioritas. Yang kita kerjakan lebih dahulu adalah yang mau dikumpulkan. Oleh karena itu kota kerjakan yang seperti itu terlebih dahulu.

Ini yang membuat saya tidak bisa menyelesaikan buku karena belum selesai ingin melompat ke tempat yang lain yang terlebih dahulu. Mudah-mudahan kita ajeg atau kita mau untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah kita mulai. Jangan ngaku punya 40 judul buku namun sama sekali tidak menyelesaikan satu bukupun.

Jakarta, 3 Rajab 1442 H

Akhirnya dua kali menulis

Akhirnya dia kali juga saya menulis perihal yang sama. Padahal dalam posting blog yang saya kira tidak sampai sebulan menyebutkan kalau kekhawatiran saya adalah menulis lagi untuk dua lagi, tetapi yah sudahlah lagi-lagi ini salah saya yang tidak melihat seluruh tulisan saya yang ada dalam rancangan buku saya. Tetapi tidak mengapa karena tulisan ini lain sehingga saya bisa untuk membuat di buku yang lain. Tetap semangat 👊

Terkadang kita merasa sudah bekerja keras tapi tak ada hasil ( lebih tepatnya – belum ada hasil) ini karena manajemen juga. Lain halnya saya kerja untuk mencari keringat seperti menggergaji kayu bekas lama sekali karena tidak tahan akhirnya saya patahkan kayu lis dan patahan nya tidak rata.
Saya rasa saya harus sabar namanya kayu tua dan lapuk maka menggergaji kayu itu justru lama kalau mau patahin gak rata.

Itu lain. Bukannya pelit mau beli kayu. Kalau beli kayu mending langsung saja beli sangkar. Murah dan tidak capek. Saya hanya mau memanfaatkan dari limbah kayu karenanya saya menggunakan kayu bekas yang sudah ada.

Memang tadi kita sudah buat kandang tapi karena patah maka saya urungkan lagi saya sampai habis waktu 90 menit hanya buat rangka bawah, belum rangka tengah dan belum rangka akhir. Maksud dari ini saya mau agar saya gigih mengerjakan sesuatu . Saya mau pekerjaan selesai. Perfek yah jelas tidak karena potongan kayu saja tidak rata sehingga kita sambungkan jadi tidak rata. Sebelumnya bahkan untuk membuat kandang kayu pecah akibat mau memaku kayu dan sambungan antara sisi kandang.

Biarlah memang waktu lebih berharga kalau saya menulis akan tetapi saya menyukai untuk berhitung kembali misalnya oi saya menghitung jeruji dari kadang saya harus menempatkan jeruji dengan jarak yang sama terkecuali untuk jeruji yang di dekat tiang kandang. Kalau dekat tiang kandang harus lebih rapat karena di sana ada celah yang harus diperhatikan .

Memang kadang menghitungnya malas sekali. Seperti 2,5 ditambah 2 berapa. Tentu saja hasilnya adalah 4,5. Namun ketika kita menghadap apa yang namanya praktik di lapangan.

jika kita menghadap mistar atau penggaris maka kita seperti pada rapat tegang untuk menentukan pada angka berapa kita memberi garis pada bagian kayu tersebut inilah yang membuat kita semakin mau untuk berpikir dan kita tidak mau bekerja dengannya saja kita bagaimana kalau kita bekerja itu saja dan tidak berhasil maka bisa dipastikan kita tidak akan berhasil karena kita mengulangi kesalahan-kesalahan yang lalu.

tentu saja saya ingin sesuatunya yang baru selain dari yang kemarin sehingga saya gagal untuk mendapatkan penghasilan. Saya mau untuk mudah-mudahan saya bisa untuk menyelesaikan rencana saya yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.

Jakarta 27 Jumadal Akhir 1442 H

Tulisan Terhapus

Mungkin ada rasa kesal denahn tulsian yerhapsu di Google Keep. Bagaimana tidak? Tulisan penuh yang bernas dari satu buku yang saya buat tentu ini menjengkelkan. Kalau kita balik siapa yang salah l? Ya si penulis yang salah karena ia tidak menyimpan tulisan dengan benar.

Kalau di Google Keep sendiri seperti yang saya gunakan ketika menulis Blog ini. Saya suka menggunakan ini karena saya lebih praktis daripada laptop yang membuat saya menjadi capek sendiri.

Jangan kita tangisi kalau tulsian terhapus . Kita baru sadar jangankan tulisan seluruh harta kita bisa terhapus dalam hitungan waktu yang sangat singkat bahkan dalah hitubgan detik. Uang kita di bank yang jumlahnya triliun tidak akan dapat ditarik kalau otoritas telah membuktikan kalau mereka tidak bisa memberikan uang kita.

Semuanya bisa hilang dalam waktu sekejap saja. Hanya kita harus sadar dengan hal itu dan hanya sementara. Saya mendengar tausiyyah Ustadz Maheer Ath Thuwabili yang berpesan agar jangan terlalu bangga dengan dunia ini bagi yang mendapatkannya.

Karena dunia itu seperti celupan jari saja. Apa yang kita rasakan tersebut tidak banyak sekali daripada akhirat. Saya rasa kita memang sudah tertipu karena lalai. Tetapi karena itu bukan ada alasan untuk tidak memperbaiki apa yang kita sudah bersalah atau hal yang kita kerjakan itu salah.

Jakarta 28 Jumadil Akhir 1442 H

Selesaikan dulu satu pekerjaan

Pada saat saya menulis artikel ini saja saya sedang menulis dan mengerjakan hal yang lain. Tetapi dengan cara ini saya menjadi suka lupa dengan hal ini dan cenderung untuk leha-leha. Saya kira saya harus ajeg dulu baru kerjakan yang lain.

Kalau satu belum selesai lompat maka itu menjadi pusing. Kenapa pusing karena pikiran bisa terbagi dua. Ada trouble di tulisan kita pikirkan terlebih dahulu kemudian baru kita kerjakan yang lainnya. Nah, itulah kita ke tempat yang lain sehingga kita mengerjakan baru dua paragraf nanti ketemu dengan kesulitan sehingga kita malah menjadi pusing lagi. Kalau pusing maka akan ada lagi kerjaan yang baru. Kita tidak selesai selesai dengan hal itu.

Nah inilah yang kita tidak mau dengan hal itu. Terkadang jadi tulisan kita menjadi sampah dengan hal itu seuingha kita menjadi malas dengan hal itu. Mungkin lebih baik kita mengerjakan pekerjaan lalu kita selesai dan kita lanjutkan lagi dengan pekerjaan yang lain.

Tapi cara ini juga kadang juga malah kita terlena untuk mengerjakan hal yang lain sehingga kita malah sibuk mengerjakan yang itu-itu saja. Kemarin teman memberitahukan agar menulis lima lembar sehari yahbkalau lancar maka dalam waktu 40 hari kerja atau satu setengah bulan maka buku akan selesai.

Lalu saya pikir kapan untuk membaca buku. Saya merasa tidak sempat karena banyak kerjaan yang harus saya kerjakan. Akan tetapi satu tekad saya akan mengerjakan buku tersebut.

Terkadang ada rasa bosan dengan dua pekerjaan karena hal itu saya menjadi capek dengan pekerjaan yang tidka berhenti. Sama halnya TV dengan pekerjaan keduanya tidak akan habis habis karena hal itu. Akibat bekerja saja dengan apa yang ada sehingga kita tidak mempunyai waktu istirahat sehingga kita menjadi malas untuk bekerja . Kita harus membuat rencana. Memang banyak pekerjaan yang harus kita lakukan tetapi kalau kita tidak fokus maka kita tidak akan menyelesaikan pekerjaan apapun.

Jakarta 22 Juamdil Akhir 1442 H

Menulis Dua Kali

Mungkin kita sudah sering menulis. Karena itu ada kemungkinan menulis topik yang smaa di kali. Dalam Blog it is not a problem kalau kita menulis lebih dua kali bahkan 1000 kali karena blog adalah sesuatu yang bebas saja dan kita bebas untuk menilai kembali.

Kalau kita menulis buku maka kita diharamkan untuk menilai tulisan kita apalagi jurnal internasional. Kalau ketahuan maka akan mendapatkan konsekuensi tersendiri dari hal itu. Kita akan dituduh melakukan plagiarisme.

Tentu kita tidak mau dituduh sebagai plagiator. Oleh karena itu kita menulis saja yang berdasarkan karya kita sendiri. Saya jadi ingat kalau saya dulu tidak bisa menulis bahkan menunggu aspirasi orang lain.

Seorang teman menolak untuk dilihat tulisannya. Padahal saya bukan mau plagiasi mau mencari inspirasi . Bahkan tulisan saya akan saya buatkan yang sangat berbeda. Apakah itu kebalikan dari tulisan teman saya. Ini baru saya dapatkan hari ini kalau tulisan bisa reverse.

Bukan kah ada generator yang menyebabkan tulisan menjadi berbeda dengan yang lainnya . Inilah yang dipakai oleh blogger untuk beternak blog untuk meninggikan pagerank yang membuat blog semakin bisa terindeks oleh Google. Ini yang penting tapi dengan cara yang gak benar dengan cara yang penting bisa membuat blog yang banyak saya kira penting juga untuk menangguk uang dari dunia Maya. Hanya saja dengan cara ini berarti tidak mempunyai bisnis yang benqr tetapi bisnis

Saya kemarin melihat file yang sebelumnya saya tidak sadari. Saya akan menulis suatu buku yang unik. Saya rasa sudah banyak buku yang menulis tentang hal itu hanya saja mahasiswa suka mengutip dari sumber itu dan satu lagi. Saya rasa saya harus menulis sebuah buku yang dapat memberikan suatu pandangan yang lain mengenai keuangan. Plus juga dengan latihan yang banyak ( ini yang berbeda dengan buku yang sudah ada)

Saya jadi pikir kalau banyak sekali buku yang mau kita tulis tetapi malah binggung juga untuk menulis. Ini Khan uang repot. Lebih baik menulis satu buku yang mempunyai pembeli yang banyak daripada dua puluh buku tidak ada pembelinya.

Jakarta 26 Jumadil Akhir 1442 H

Kekayaan orang masa lampau

Ustadz Asep Sobari di YouTube mengenai Islah. Katanya 4000 Dinar setara 16 Milyar berarti satu Dinar nilai 4 juta. Masya Allah pada saat itu kekayaan Orang juga sangat banyak sekali.

Padahal kalau saya pikir untuk dulu orang termotivasi menjadi kaya karena memang belum ada mobil mewah yang super cepat, pesawat yang bebas macet, kapal pesiar yang bisa membawa kemana saja..

Dorongan orang untuk menjadi kaya paatinya tidka seperti saat ini. Saat ini kebutuhan orang sangat besar sekali. Kalau gak ada uang, kencing saja bayar di tempat umum.

Apalagi sekarang ada mobil listrik maka orang akan membutuhkan banyak uang dengan segala kemewahan termasuk gawai yang penulis pegang sehingga ada yang mempunyai gawai seharga motor keren.

Kebutuhan meningkat di dunia ini. Semuanya ingin menunjukkan bahwa ia yang lebih dari yang lain karenanya mereka membuat sesuatu cara agar mereka mendapatkan kekayaan akan tetapi mereka harua tahu kalau semuanya adalah fatamorgana .

Fatamorgana adalah pemandangan yang fana yang dikejar tidak sampai sampai. Hingga sampai ia sendiri akan merasakan bahwa ia mendapati sebuah fatamorgana.

Kita jangan jadikan diri kita menjadi baik di dunia namun menjadi buruk di akhirat. Jangan seperti itu. Memang kita mau untuk menjadi yang baik. Baik di dunia maipun baik di akhirat

Jakarta 23 Jumadil Akhir 1442 H